Demo Soal Debu Pelabuhan Biringkassi, Warga Nyaris Ricuh

Kamis, 25 Oktober 2018 - 14:54 WIB
Demo Soal Debu Pelabuhan Biringkassi, Warga Nyaris Ricuh
Beberapa orang warga unjuk rasa depan pelabuhan Biringkassi PT Semen Tonasa. Mereka menuntut agar penyimpanan batu bara direlokasi. Foto: Muhammad Subhan/SINDOnews
A A A
PANGKEP - Warga Kampung Biringkassi, Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep menggelar unjukrasa di depan pelabuhan Biringkassi, Kamis (25/10/2018). Mereka menuntut agar areal penyimpanan batubara direlokasi menjauh dari pemukiman warga.

Salah seorang warga, Yuspiah mengaku, debu batubara yang hitam dari pelabuhan Biringkassi sangat mengganggu. Polusi debu Batubara ini sudah terjadi selama beberapa tahun. Hal ini selain mengakibatkan lingkungan kotor, debu juga mengganggu kesehatan warga.

"Setiap hari itu debu menghitam dan tebal, karena berasal dari penampungan batu bara. Gatal-gatal dan batuk juga kita rasakan selalu. Bahkan dulu pernah ada anak-anak meninggal," jelasnya.

Aksi warga nyaris ricuh ketika puluhan pekerja batu bara dari dalam pelabuhan hendak membubarkan para demonstran. Pekerja yang rata-rata warga Biringkassi ini mengkhawatirkan tuntutan penutupan atau relokasi penyimpanan batu bara bisa berimbas pada nasib mereka sebagai pekerja. Beruntung, ratusan petugas dari Polres Pangkep dan satpam PT Semen Tonasa bisa menghalau para pekerja.

Para pekerja menuding aksi tersebut hanya untuk kepentingan orang tertentu saja. "Saya diajak juga (demonstrasi) tapi saya tidak mau. Yang demo juga ada bukan orang disini. Kasihan kalau saya berhenti kerja, " kata Ibrahim, salah seorang pekerja yang bekerja sejak 2014.

Terkait tuntutan warga, Kepala Biro Humas PT Semen Tonasa, Said Chalik mengungkapkan, sehari sebelum aksi pihaknya melakukan pertemuan dengan warga.

Menurutnya, pertemuan tersebut adalah pertemuan yang kesekian kalinya. Atas tuntutan tersebut, PT Semen Tonasa telah mengambil berbagai langkah diantaranya, menurunkan ketinggian batu bara dari 15 meter menjadi enam meter, menutup truk batu bara dengan terpal, mengosongkan dermaga utara yang berdekatan dengan pemukiman serta pemberian uang kompensasi debu kepada seluruh warga terdampak.

"Kami juga melakukan penyiraman di belt kompayer agar mengurangi debu serta tumpukan batu bara kita kurangi dari 3.000 ton sekarang hanya 1.000 ton," kata Said.

"Kami mempertanyakan tujuan aksi ini. Kalau soal tuntutan kami sudah penuhi. Kalau untuk tuntutan lain, kami lakukan secara bertahap," lanjutnya.

Pendemo sempat meminta ruang negosiasi. Namun tak ditanggapi oleh manajemen PT Semen Tonasa. Massa akhirnya membubarkan diri setelah sempat menutup satu ruas jalan depan pelabuhan.
(agn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8123 seconds (0.1#10.140)