Hidup Damai di Negeri Multikultur Dengan Junjung Tinggi Toleransi

Senin, 27 November 2017 - 18:22 WIB
Hidup Damai di Negeri Multikultur Dengan Junjung Tinggi Toleransi
Penyerahan buku Hidup Damai di Negeri Multikultur kepada perwakilan UIN Alauddin Makassar. Foto : Marhawanti Sehe/SINDOnews
A A A
MAKASSAR - Menciptakan perdamaian dan kesempahaman serta menyatukan perbedaan tidak lagi menjadi sesuatu yang sulit, ketika semua manusia membuka pikirannya untuk saling menerima dan menjunjung tinggi toleransi.

Hal itu diungkapkan oleh Konsul Jenderal Australia di Makassar, Richard Mathews dalam sambutannya pada acara yang digelar oleh Forum Alumni Muslim Excahang Program bertajuk Talkshow dan Diskusi Buku Hidup Damai di Negeri Multikultur yang berlokasi di Ruang Rapat Senat Gedung Raktorat Lt IV Kampus II UIN Alauddin Makassar, Senin, (27/11/2017).

Richard, sapaan akrabnya, mengatakan Australia merupakan negara yang masyarakatnya hidup dalam multikultur dengan beragam agama dan kepercayaan. Hal serupa juga dijalani oleh masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam etnis dan suku serta agama.

Melalui acara yang menghadirkan peserta dari kalangan mahasiswa tersebut, Richard mengajak untuk menghargai perbedaan, menurutnya hal itulah yang menjadi dasar multikultur.

"Australia multikultur, Indonesia pun punya banyak budaya sehingga toleransi harus di jaga. Agama mayoritas harua tenggang rasa terhadap agama minoritas atau sekte. Di Australian kita menjunjung tinggi toleransi dan menghargai perbedaan", tuturnya.

Di kesempatan yang sama, Richard mengaku Australia dulunya pernah menjadi negara yang cenderung buruk dalam kebijakan seperti pemberlakuan aturan bahwa hanya imgran berkulit putih yang diperbolehkan memasuki negara tersebut.

Tapi seiring berjalannya waktu, diakui Richard, pada tahun 1972 kebijakan tersebut telah berubah karena melihat Australia sebagai negara yang bertetangga dengan negara-negara yang tidak berkulit putih.

Dia pun mengaku sangat kagum dan tertarik terhadap salah satu tulisan dalam buku Hidup Damai di Negeri Multikultur yang mengajak para mayoritas untuk bertemu dan berjumpa dengan minoritas sehingga terjalin hubungan saling menghormati.

"Ada satu cerita dalam buku yang menarik sekali tahun 2013. Contoh lain untuk membuka ruang perjumpaan dan saling menghormati antara semua kelompok masyarakat", tutupnya.

Ketua Forum Alumni MEP Australia-Indonesia sekaligus sebagai salah satu penulis dan pembicara dalam acara tersebut, Yanuardi Syukur mengatakan penerbitan buku yang banyak menceritakan kisah dan pengalaman para alumni Australia-Indonesia tersebut diinisiasinya sejak tahun 2015 lalu. Buku tersebut pun di tulis oleh sebanyak 77 orang alumni.

Dia menjelaskan Australia sebagai salah satu negara tetangga yang sangat berdekatan dengan Indonesia harus menjalin hubungan yang baik. Dia berharap melalui pendekatan budaya literasi dapat lebih mendekatkan hubungan diplomasi ke dua negara ini.

"Buku ini berguna diplomasi antara ke dua negara yaitu Australia dan Indonesia dan merekatkan hubungan diplomasi. Kontak ke dua negara bisa berjalan. Australia adalah tetangga kita", jelasnya.

Hadir juga sebagai pembicara dalam acara tersebut Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis PhD, Alumni MEP 2005 sekaligus Peraih Beasiswa NUFFIC Farinia Fianto, serta Alumni MEP 2007 sekaligus Penerima Nostra Aetate Fellowship Vatikan Aan Rukmana.
(agn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6885 seconds (0.1#10.140)