2019, Inflasi Sulsel Ditarget Berada pada Kisaran 3,5%

Kamis, 10 Januari 2019 - 09:19 WIB
2019, Inflasi Sulsel Ditarget Berada pada Kisaran 3,5%
Bank Indonesia (BI) Sulsel menargetkan pada 2019 inflasi akan diarahkan pada rentang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 3,5±1% secara year on year (yoy). Foto: Maman Sukirman/SINDOnews
A A A
MAKASSAR - Bank Indonesia (BI) Sulsel menargetkan pada 2019 inflasi akan diarahkan pada rentang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 3,5±1% secara year on year (yoy).

Inflasi 3,5±1% berarti inflasi adalah 3,5% dengan batas bawah 2,5% dan batas atas 4,5% yang masih dianggap berada pada posisi wajar berdasarkan Indesk Harga Konsumen (IHK)

Direktur Bank Indonesia (BI) Sulsel, Dwityapoetra S. Besar menjelaskan, tantangan terbesar inflasi Sulsel terutama pada kelompok inflasi bahan makanan yang masih mendapatkan tekanan terutama pasokan yang harus dipenuhi dari perdagangan antar daerah, cuaca musim hujan terhadap hortikultura, dan kelancaran distribusi.

Makanya, kata dia, Bank Indonesia dan TPID akan terus memastikan upaya stabilitas harga untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Inflasi pada triwulan I 2019 diperkirakan menghadapi beberapa tantangan. Tantangan tersebut berasal dari penguatan mata uang dollar, yang secara tidak langsung tertransmisi kepada harga jual pada barang berbahan baku impor (imported inflation),” ujarnya, kemarin.

Dari sisi tekanan global selanjutnya adalah potensi kenaikan harga minyak yang akan meningkatkan harga energi, harga minyak mentah rata-rata posisi Oktober mencapai 76,73 USD per barel atau naik 39,71% (yoy).

Dijelaskannya, tantangan selanjutnya adalah daya beli yang masih kuat dengan peningkatan UMP.

Dwityapoetra S. Besar menuturkan, tekanan inflasi bahan makanan diperkirakan terkendali. Tekanan inflasi bahan makanan diperkirakan terkendali dengan masuknya musim panen tanaman bahan makanan pada bulan Maret 2019.

Selain itu, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulsel juga terus meningkatkan koordinasi melalui pemanfaatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang lebih optimal, rapat teknis dan kebijakan high level meeting untuk memantau dan menjaga ketersediaan pangan, inspeksi mendadak (sidak) pada kebutuhan pangan strategis, dan peningkatan produksi/produktivitas komoditas pangan yang harganya cenderung naik persisten.

Sementara itu, inflasi yang dikendalikan pemerintah seperti pada kelompok transportasi, diperkirakan berpotensi meningkat apabila terjadi kenaikan harga energi. Faktor yang akan memengaruhi terkendalinya kelompok transportasi

adalah kebijakan pemerintah terhadap tarif listrik, BBM dan LPG. Oleh karena itu, tren kenaikan harga minyak dunia juga menjadi faktor yang patut diwaspadai terhadap peningkatan laju inflasi untuk bahan bakar yang tidak disubsidi.

“Di sisi lain, inflasi inti diperkirakan akan sedikit tertekan dengan adanya peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan di awal tahun didorong oleh terealisasinya kenaikan UMP Sulsel tahun 2019 sebesar Rp2.860.382,- atau naik 8,03% (yoy).

Sementara itu, Kadis Perdagangan Sulsel, Hadi Basalamah memaparkan, TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota terus meningkatkan koordinasi secara intensif dalam rangka pengendalian inflasi di Sulsel.

Di tahun lalu, telah dilakukan pemantauan harga, penguatan kerjasama dan koordinasi baik di TPID Provinsi maupun TPID Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan.

“Sangat disyukuri tahun lalu dengan maksimalnya kordinasi di TPID sejumlah harga dapat dikendalikan, utamanya yang memicu terjadinya inflasi. Bahkan, tak lagi ditemukan ada harga dipasarkan di luar ketentuan pemerintah,” tuturnya.
(kem)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7543 seconds (0.1#10.140)