Walhi Sebut Bencana Banjir dan Longsor Karena Kerusakan  Hutan

Kamis, 24 Januari 2019 - 11:04 WIB
Walhi Sebut Bencana Banjir dan Longsor Karena Kerusakan  Hutan
Kondisi hutan di dataran tinggi Kabupaten Gowa. Foto: Istimewa
A A A
MAKASSAR - Wahana Lingkungan hidup (Walhi) Sulsel, menangapi bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sulsel pada Selasa, (22/01/2019).

Pada bencana tersebut banjir terjadi di 9 Kabupaten/Kota yakni, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros, Pangkep, Barru, Wajo dan Soppeng, sejak Senin malam (21/01/2019) hingga rabu malam (23/1/2019).

Direktur Walhi Sulsel Muhammad Al-Amien mengatakan, dari hasil pantauan dan kajian tim Desk Disaster Walhi Sulawesi Selatan menyebutkan banjir yang terparah terjadi di Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Jeneponto dan Maros. ratusan rumah terendam banjir sehingga sebagian besar warga mulai mengungsi.

Di Kabupaten Gowa, lanjutnya, ketinggian air di Bendungan Bili-bili hampir sampai pada ambang batas yakni 103 meter sehingga pintu air harus dibuka dan menyebabkan Sungai Jeneberang meluap dan merembes masuk ke pemukiman warga.

Terkait dengan hal tersebut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulsel menilai, bahwa bencana banjir yang terjadi hampir di sebagian besar kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan merupakan potret buruk manajemen dan tata kelola lingkungan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), sistem drainase perkotaan yang buruk dan semakin berkurangnya daerah resapan air.

“Dari analisis kami, bencana banjir dan longsor yang terjadi di sejumlah daerah di Sulsel disebabkan menurunnya kualitas lingkungan di daerah hulu hingga hilir. Di daerah dataran tinggi misalnya, kerusakan hutan terus meningkat sehingga erosi dan sedimentasi meningkat," kata Al-Amien.

Selain itu, lanjutnya, di sepanjang DAS Jeneberang juga banyak tambang galian dan batuan yang mengakibatkan sedimentasi meningkat, sehingga terjadi pendangkalan sungai, yang akhirnya menumpuk di Bendungan Bili-bili.

“Laju air yang deras dari dataran tinggi semakin cepat bercampur sedimen, kemudian sampai di dataran rendah, kawasan perkotaan yang kekurangan daerah resapan dan sistem drainase yang buruk, ditambah adanya reklamasi pantai mengakibatkan air tertahan, maka terjadilah banjir,” jelasnya.

Lanjut dari pada itu, terkait penanganan bencana, pihaknya menilai upaya pemerintah sejauh ini sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan terkhusus dalam hal kesiapsiagaan.
(agn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8677 seconds (0.1#10.140)