Ahli Geologi Minta Sinkhole di Maros Ditutup Karena Rawan Longsor
A
A
A
MAROS - Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sulselbar, meminta kepada Pemkab Maros untuk menutup tanah ambles atau sinkhole di Dusun Tana Takko Desa Lebbo Tengae Kecamatan Cenrana.
Fenomena lubang raksasa tersebut muncul akhir tahun lalu, dan menjadi perhatian buat alhi geologi. Rekomendasi tersebut dilakukan usai IAGI melakukan survei kembali.
Salah satu Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Sulselbar, Jamal Rauf Husain mengatakan, timnya telah turun melakukan pengukuran geolistrik. Mereka melakukan pengukuran untuk mengetahui kondisi bawah permukaan lokasi survei.
Selain itu kata dia, untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor serta memberikan rekomendasi batas area yang aman untuk aktifitas warga.
Hasil analisis, jelasnya, diketahui jika batuannya batu gamping (karbonat) atau batu kapur.
"Sifat batu kapur mudah larut dengan air hujan. Sehingga membuat lubang pada permukaan dan terjadi penurunan. Dan ini musim hujan, jadi sangat rawan terjadi longsor," ungkapnya.
Sehingga mereka merekomendasikan agar lubang itu ditutup untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
"Jadi dari hasil survei itu kita merekomendasikan agar lubang atau sinkhole ini ditutup untuk mengantisipasi terjadinya kejadian serupa," sebutnya.
Ini dilakukan guna menghindari kerugian masyarakat. Karena selain manusia yang ditakutkan hewan ternak jatuh disana sehingga merugikan masyarakat.
Meski demikian kata dia, penutupannya bukan sekadar penutupan saja. Tetapi harus memiliki sistem.
"Bukan sekadar ditutup atau ditimbun dengan tanah. Karena penutupan itu harus punya sistem juga butuh teknologi supaya tidak terjadi penurunan kembali," paparnya.
Fenomena lubang raksasa tersebut muncul akhir tahun lalu, dan menjadi perhatian buat alhi geologi. Rekomendasi tersebut dilakukan usai IAGI melakukan survei kembali.
Salah satu Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Sulselbar, Jamal Rauf Husain mengatakan, timnya telah turun melakukan pengukuran geolistrik. Mereka melakukan pengukuran untuk mengetahui kondisi bawah permukaan lokasi survei.
Selain itu kata dia, untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor serta memberikan rekomendasi batas area yang aman untuk aktifitas warga.
Hasil analisis, jelasnya, diketahui jika batuannya batu gamping (karbonat) atau batu kapur.
"Sifat batu kapur mudah larut dengan air hujan. Sehingga membuat lubang pada permukaan dan terjadi penurunan. Dan ini musim hujan, jadi sangat rawan terjadi longsor," ungkapnya.
Sehingga mereka merekomendasikan agar lubang itu ditutup untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
"Jadi dari hasil survei itu kita merekomendasikan agar lubang atau sinkhole ini ditutup untuk mengantisipasi terjadinya kejadian serupa," sebutnya.
Ini dilakukan guna menghindari kerugian masyarakat. Karena selain manusia yang ditakutkan hewan ternak jatuh disana sehingga merugikan masyarakat.
Meski demikian kata dia, penutupannya bukan sekadar penutupan saja. Tetapi harus memiliki sistem.
"Bukan sekadar ditutup atau ditimbun dengan tanah. Karena penutupan itu harus punya sistem juga butuh teknologi supaya tidak terjadi penurunan kembali," paparnya.
(agn)