Putin dan Erdogan Bertemu Bahas Situasi di Idlib Suriah

Kamis, 05 Maret 2020 - 18:04 WIB
Putin dan Erdogan Bertemu Bahas Situasi di Idlib Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas perang di Idlib Suriah. Foto: Istimewa
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan dengan koleganya dari Turki Recep Tayyip Erdogan, di tengah meningkatnya ketegangan di Idlib, di mana pasukan Turki baru-baru ini bentrok dengan Tentara Suriah.

Erdogan sebelumnya mengatakan dia telah meminta Putin untuk "minggir" di Suriah dan mengizinkannya berurusan dengan Damaskus "secara langsung", sementara Presiden Suriah Bashar Assad menyatakan dalam sebuah wawancara hanya sehari sebelum pertemuan Putin-Erdogan bahwa konflik antara Orang-orang Turki dan orang-orang Suriah adalah "tidak logis".

Moskow sebelumnya menyatakan bahwa Ankara gagal memenuhi komitmennya berdasarkan Memorandum Sochi 2018, yang menetapkan demiliterisasi di Suriah utara.

Menurut perjanjian itu, Turki diwajibkan untuk mengamankan perbatasannya dengan Suriah dan memisahkan jihadis di Idlib dari faksi-faksi anti-pemerintah bersenjata lainnya yang bersedia terlibat dalam negosiasi dengan pemerintah Suriah.

Menurut PBB, sejak Desember, hampir 900.000 orang, terutama wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari pertempuran di Idlib, di mana pemerintah Suriah telah melancarkan serangan militer di kubu terakhir yang dikuasai oposisi di negara itu.

Pertemuan Kamis di Moskow, diatur sebelum kerugian besar itu, mengambil giliran yang lebih penting karena menjadi dasar untuk menyelamatkan hubungan yang memburuk antara dua mitra ekonomi.

Menjelang kunjungannya, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan dia mengharapkan pembicaraannya dengan Vladimir Putin untuk menghasilkan pencapaian cepat gencatan senjata.

Juru bicara presiden Turki Ibrahim Kalin mengatakan pada konferensi pers bahwa. "Tujuan utama kami adalah gencatan senjata langsung dalam kerangka perjanjian Idlib yang kami tandatangani dengan Federasi Rusia," katanya dilansir dari Al Jazeera.

Rusia, sementara itu, akan berusaha mempertahankan keseimbangan yang rumit antara menyelamatkan Turki sementara mendukung Bashar al-Assad.

"Ini masih dalam permainan dan tujuan utama Moskow adalah untuk memaksa Ankara menerima kenyataan baru dengan alasan bahwa Suriah tidak akan mundur ke posisi sebelumnya," kata Marianna Belenkaya, seorang ahli Rusia di Timur Tengah dan sesama Carnegie Moscow.

"Kedua pihak harus menyerah pada sesuatu untuk menjadi perantara gencatan senjata, dan bagi Rusia itu berarti menjamin kepada Turki bahwa serangan Suriah akan segera berhenti," katanya.
(agn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6878 seconds (0.1#10.140)