Material Terhambat, Proyek Tol Layang Makassar Dipastikan Molor

Rabu, 08 April 2020 - 09:21 WIB
Material Terhambat, Proyek Tol Layang Makassar Dipastikan Molor
Proyek pembangunan jalan tol layang di ruas Jalan AP Pettarani Makassar dipastikan tidak bakal rampung sesuai target. Foto : SINDOnews/Doc
A A A
MAKASSAR - Proyek pembangunan jalan tol layang di ruas Jalan AP Pettarani Makassar dipastikan tidak bakal rampung sesuai target, dan bakal molor dari waktu yang ditetapkan sebelumnya Juli 2020 mendatang.

Projects Manager PT Wijaya Karya Beton Tbk, Didi Rustadi mengaku, pekerjaan tol layang saat ini lambat berjalan. Hal ini terjadi sejak wabah Covid-19 atau virus korona masuk ke Indonesia, dan berdampak penyebarannya di Sulsel.

Dia melanjutkan, progres pembangunan fisik saat ini mencapai 77%. Pekerjaan masih berkutat pada perampungan erection steel box girder. Pemasangan box girder ini sebelumnya berjalan dari dua titik, dari ujung Tol Reformasi dan dari ujung Jalan AP Pettarani, lalu titik pertemuannya di simpang jalan Pettarani-simpang Jalan Boulevard.

"Kalau erection box-nya sendiri sudah hampir 80%. Kita rencana awal selesai (erection box) sebelum lebaran. Tapi karena ada masalah wabah Covid 19 ini, itu mungkin jadi terlambat. Itu mungkin sampai Juli baru selesai," ujar Didi yang dihubungi SINDOnews, kemarin.

Sementara tahapan pengerjaan tol layang masih banyak. Jika pemasangan box girder saja ditargetkan telat, maka tahapan perampungannya yang lain akan ikut molor pengerjaannya. Meski berpotensi molor, Didi belum bisa berkomentar terkait masa perpanjangan waktu pengerjaan.

"Jadi kalau perpanjangan waktu saya tidak bisa komen, ya. Tapi saya mau kasi tahu pekerjaan ini, karena adanya Covid-19, ini jadi terganggu dan target penyelesaian sampai dengan Juli itu tidak akan bisa tercapai," paparnya.

Didi membeberkan, potensi keterlambatan proyek atas wabah Covid-19 ini juga menyusul dengan dikeluarkannya instruksi dari pemerintah tentang pelaksanaan proyek infrastruktur. Melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), misalnya sudah mengeluarkan instruksi bahwa libur pekerja proyek dimulai H-15 sebelum lebaran, lalu masuk kembali H+15 lebaran.

Dengan total masa libur itu, pekerjaan sudah dipastikan tidak berjalan sekitar sebulan. "Artinya itu delay dari yang direncanakan. Kemudian, sekarang kontraktor tidak bisa melakukan penambahan sumberdaya," sambung dia.

Mobilisasi sumberdaya yang dimaksud semisal dari sisi tenaga kerja dan material. Khusus tenaga kerja, Didi bahkan mengaku, banyak tenaga kerja yang mulai khawatir dengan wabah Covid-19, sehingga memutuskan mudik lebih awal, dan meninggalkan pekerjaan.

Didi menyebutkan, total pekerja tol layang ini total secara keseluruhan 1.030 orang. Dimana kebanyakan dari mereka berasal dari luar Kota Makassar.

"Banyak terhambat karena masalah Covid-19. Masalah tenaga kerja termasuk. Itu dampak dari media sosial itu banyak pekerja yang pulang tanpa izin, karena takut lebaran tidak diperbolehkan pulang. Sementara pengadaan atau mobilisasi tenaga kerja lagi itu sudah nggak mungkin," ungkap Didi.

Padahal, di tengah pekerjaan tol layang ini pun dibutuhkan tenaga ahli. Namun tenaga ahli yang dimaksud, sulit didatangkan masuk ke Sulsel karena adanya imbauan oembatasan akses keluar masuk di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Sulsel.

"Di internal kontraktor juga ada masalah dengan itu. Sekarang kan mobilisasi orang kan sulit. Jadi kami mau mendatangkan tenaga ahli, mau datangkan ahli itu jadi terhambat. Jadi itu sulit juga," keluh dia.

Disamping kesulitan mobilisasi tenaga kerja, stok material pendukung tol layak juga terbatas. Distribusi material yang harus sudah dikirim ke Makassar, terhambat. Apalagi material itu disuplai dari Cina, negara yang sebelumnya disebt sebagai sumber wabah Covid-19.

"Material yang terhambat, (namanya) bearing yaitu LRB (Lead Rubber Bearing). Itukan kita suplai dari Cina. Nah, di Cina, sudah ada gejolak sejak bulan Desember 2019. Sehingga kedatangannya sudah terlambat, sekarang ditambah lagi di Indonesia seperti inikan. Jadi kalau saya pesimis jadwal kedatangan material itu tepat waktu ke Makassar. Jadi ini sudah terlambat," ucapnya.

Dengan kondisi demikian, pihaknya saat ini hanya memaksimalkan pekerjaan yang bisa dilakukan. Utamanya pekerjaan box girder, pasalnya material khusus itu didatangkan dari Makassar, didistribusi dari KIMA.

"Jadi tetap jalan, tapi seadanya. Seadanya yg sudah ada disini (materialnya). Jadi untuk nambah orang, nambah alat, sudah sangat sulit dengan kondisi Covid-19 ini. Jadinya boleh dikatakan tidak berhenti, tapi slow progres," imbuh Didi.

Sementara skema waktu pekerjaan diakui juga berubah. Masa kerja jadi terbatas, dengan tetap mengikuti protokol dari Kementerian PUPR terkait pencegahan Covid-19 dalam proyek kontruksi. Dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerja.

"Sistem kerjanya kalau dengan saat ini kita masih mengikuti protokol yang dari Kementerian PUPR. Jadi sistem kerja tetap ada long shift, tapi kalau yang 24 jam, kita pakai 2 shift. Jadi sistem kerja tidak ada perubahan, hanya saja dibatasi. Jadi kerjanya kalau bisa jangan sampai pagi," jelas Didi.

Proyek Jalan Tol Ujung Pandang Seksi III atau tol layang AP Pettarani diketahui menelan anggaran senilai Rp1,6 triliun. Proyek ini sebelumnya ditargetkan rampung sampai dengan Juli 2020, sejak mulai dikerjakan mulai dikerjakan April 2018 lalu.

Sementara tol layang Makassar ini dikerjakan dengan panjang jalur 4,3 kilometer. Dengan menghubungkan Kabupaten Maros-Bandara Internasional Sultan Hasanuddin-Jalan Tol Seksi I dan II-Jalan AP Pettarani hingga ke Jalan Sultan Alauddin.

Direktur Utama PT Bosowa Marga Nusantara (BMN), Anwar Toha juga belum bisa memastikan kapan proyek ini rampung. Saat ini pihaknya masih memaksimalkan pekerjaan yang dilakukan. Sembari mempertimbangkan kondisi masa tanggap darurat Covid-19.

Namun dia tak menampik, adanya instruksi dari kementerian untuk mulai memberhentikan jalannya proyek konstruksi strategis nasional. Totalnya selama 30 hari, terhitung H-15 lebaran dan H+15 lebaran. "Kita tetap optimis bekerja apa yang bisa dilakukan sampai Juli. Tapi untuk operasionalnya mungkin kita lihat situasi lagi," ucap Anwar.

Diapun mengaku, sejak wabah Covid-19, protokol penanganan di lokasi proyek juga diberlakukan. Dengan meminta pekerja pakai masker, menyediakan lokasi cuci tangan. Para pekerja juga tidak dipaksakan bekerja jika memang sakit.

"Kita juga tidak mau ambil resiko. Misalnya dengan Covid-19 ini kita harus lebih utama nyawanya orang. Kesehatan orang walaupun proyek ini punya target, tapi mungkin semua pihak akan bisa mengerti dengan kondisi sekarang," pungkasnya.
(sss)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0042 seconds (0.1#10.140)