AGH Sanusi Baco Objek Bedah Buku Menara Kembar Ummat

Jum'at, 01 Juni 2018 - 23:24 WIB
AGH Sanusi Baco Objek Bedah Buku Menara Kembar Ummat
Bedah buku Menara Kembar Ummat. Kumpulan ceramah KH Jamaluddin Amien dan AGH Dr Sanusi Baco Lc di salah satu rumah makan yang berada di Makassar, Jumat (1/6/2018). Foto: Luqman Zainuddin/SINDOnews
A A A
MAKASSAR - Dua sosok ulama Sulsel masing-masing KH Jamaluddin Amien dan Anregurutta AGH Dr Sanusi Baco Lc dipersepsikan sebagai menara kembar. Keduanya, laiknya menara yang menyinarkan cahaya bagi ummat muslim dimana pun berada.

Hal itu diulas dalam kegiatan bedah buku Menara Kembar Ummat: Kumpulan ceramah Kh Jamaluddin Amien dan AGH Dr Sanusi Baco Lc di salah satu rumah makan yang berada di Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Jumat (1/6/2018). Kegiatan itu sekaligus dirangkaikan dengan kegiatan buka puasa bersama.

"Beliau inilah yang dianggap representasi menara ummat. Kita meneladani ketokohan beliau, walaupun keduanya adalah satu tokoh NU (Nahdlatul Ulama) satu Muhammadiyah, tapi mereka mencontohkan menaranya ummat," ujar penyelenggara kegiatan Firdaus Muhammad.

Menurut Firdaus, walaupun dua ulama tersebut adalah tokoh di dua organisasi Islam berbeda, namun dalam perjalannya keduanya tidak lagi berada dalam simbol tersebut. "Tapi benar-benar untuk menjadi cahaya ummat," terang dosen UIN Alauddin Makassar ini.

Firdaus melanjutkan bahwa AGH Sanusi Baco berpesan, bahwa menara itu haruslah memiliki lampu/cahaya dan ukuran yang menjulang tinggi yang merupakan perwujudan ilmu yang bermuara pada akhlak.

Sementara Iqbal Parewangi dalam penutup bedah buku tersebut berpesan, agar generasi NU dan Muhammadiyah bisa berterima dan menerima. Menurut dia, ada banyak pihak yang bahagia jika dua organisasi Islam ini bertikai.

"Saya berfikir, generasi baru NU dan Muhammadiyah yang berguru pada dua menara kembar ini, harus bisa berterima dan menerima. Terlalu banyak yang bertepuk tangan kalau generasi dua lembaga ini saling bertikai dan mempertajam perdebatan," ungkap Iqbal.

Jika diibaratkan, kata Iqbal, NU dan Muhammadiyah ibaratnya rel yang menjadi jalur kereta melintas. Kereta itu, kata dia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
(bds)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8374 seconds (0.1#10.140)