Hubungan Amerika dan China Masuki Fase Berbahaya

Senin, 27 Juli 2020 - 06:30 WIB
loading...
Hubungan Amerika dan China Masuki Fase Berbahaya
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Foto/dok
A A A
WASHINGTON - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China disebut memasuki fase berbahaya, lantaran ketegangan yang terus meningkat dari hari ke hari. Fase ini bisa memicu perang dingin babak baru. Baca : Drone Maut dan Tercanggih MQ-9 Reaper Milik AS Boleh Dibeli Sekutu

Stephen Walt, seorang profesor urusan internasional di Universitas Harvard, mengatakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu terlibat dalam kompetisi jangka panjang mengenai visi strategis yang tidak sesuai, termasuk keinginan China untuk mendominasi Asia.

"China melihat Trump sebagai pemimpin yang lemah dan rawan kesalahan dan kemungkinan meyakini tanggapan "bencana" AS terhadap pandemi Covid-19 menghadirkan peluang untuk menekan keunggulannya," katanya, seperti dilansir Japan Today.

"Itu menyerupai 'Perang Dingin' AS-Soviet dalam hal-hal tertentu, tetapi belum sama berbahayanya dengan persaingan sebelumnya. Satu perbedaan utama adalah bahwa kedua negara masih berhubungan erat secara ekonomi, meskipun hubungan itu sekarang berada di bawah tekanan yang cukup besar," sambungnya.

Oriana Skylar Mastro, seorang asisten profesor di Universitas Georgetown dan sarjana penduduk di American Enterprise Institute, mengatakan berbahaya berbicara tentang Perang Dingin dengan China.

"Situasi dengan China tidak seperti Perang Dingin. Di sisi positif, kami memiliki keterlibatan luas. Di sisi negatif, ada kemungkinan nyata perang panas antara kedua belah pihak ke tingkat yang tidak pernah ada dengan Uni Soviet," ungkapnya.

Dia mengatakan bahwa menggunakan lensa Perang Dingin mengarah pada tanggapan yang tidak efektif, termasuk Washington salah memandang Beijing sebagai ancaman ideologis. Mastro mengatakan bahwa China memiliki banyak pilihan untuk meredakan kekhawatiran AS, seperti menarik kembali sistem senjata di Laut Cina Selatan.

"Tapi, Beijing tidak akan melakukan ini karena secara fundamental salah paham terhadap penggerak kebijakan AS. Berpikir AS merespons penurunan kekuatannya sendiri, bahwa tidak peduli bagaimana Beijing bertindak, AS akan menyerang," katanya. Baca Juga : Disebut Jadi Target Rudal China, Amerika Siapkan Cara Lindungi Guamnya

"Jadi, tidak ada dorongan untuk mencoba memodernasi ambisinya dan bagaimana upaya untuk mencapainya. Ini adalah kesalahan dan kegagalan China untuk melakukannya, untuk mencoba meyakinkan AS, dapat membawa kita ke dalam perang," ujarnya.

AS terus menekan China atas tindakan kerasnya di Hong Kong dan penahanan massal Muslim Uighur, setiap kali memicu tindakan pembalasan oleh Beijing. Meski demikian, Donald Trump masih menyuarakan harapan untuk melestarikan kesepakatan perdagangan dengan China.

Tapi, Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing, mengatakan kedua belah pihak tahu China tidak akan lagi dapat melaksanakan perjanjian secara penuh. Shi mengatakan dia memprediksi hubungan kedua negara akan terus memburuk.

"Perang Dingin lama adalah konfrontasi dan persaingan sengit antara dua kekuatan besar, didorong oleh ideologi dan strategi. Dalam kasus AS dan China, kedua kekuatan secara selektif tetapi cepat "memisahkan" satu sama lain. Dengan menggunakan definisi ini, dapat dikatakan bahwa China dan AS telah mulai memasuki Perang Dingin yang baru," ungkapnya. Baca Lagi : Amerika dan Rusia akan Bahas Keamanan Luar Angkasa di Wina
(sri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1557 seconds (0.1#10.140)