Kurangi Aktivitas Tidur Agar Ramadhan Lebih Bermakna

Sabtu, 02 Mei 2020 - 03:30 WIB
loading...
Kurangi Aktivitas Tidur Agar Ramadhan Lebih Bermakna
Adabnya kaum shalihin adalah sedikit tidur apalagi saat berada di bulan Ramadhan. Foto/Dok SINDOnews
A A A
Bulan Ramadhan adalah Syahrul 'Ibadah di mana Allah Ta'ala memberi banyak hidangan keberkahan dan ampunan. Banyak orang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja.

Salah satu penyebab hilangnya keberkahan Ramadhan adalah karena aktivitas tidur yang terlalu banyak. Adabnya kaum shalihin adalah sedikit tidur apalagi saat berada di bulan Ramadhan.

"Jangan kebanyakan tidur. Kalau sehari semalam tidurnya 8 jam seandainya punya umur 60 tahun itu 20 tahun buat tidur, artinya sepertiga hidup kita buat tidur. Belum lagi dipotong buat makan, ngobrol, kerja, belum lagi nonton televisi. Terus untuk ibadah berapa banyak?" kata Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan , pengasuh Ponpes Al-Fachriyah Tangerang saat kajian rauhah beberapa hari lalu.

Habib Jindan berpesan agar bulan Ramadhan tidak diisi dengan kebanyakan tidur. Para kaum shalihin dan guru-gur sufi tidurnya cuma 4 jam. Sisanya sibuk ibadah dan berzikir. Sayyidina Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu setelah menjadi khalifah siang tidak tidur, malam juga tidak pernah tidur kecuali sedikit.

Ketika ditanya, Sayyidina Umar mengatakan kalau siang saya tidur saya menelantarkan tugas kepada masyarakat. Kalau saya tidur malam, saya menelantarkan tugas kepada Allah Ta'ala. Beliau tidurnya cuma sekejap.

"Kita diciptakan untuk beribadah. Katakanlah sisakan untuk ibadah 50%. Tapi ini enggak, untuk salat tahajjud saja gak diberi waktu, buat zikir juga tak ada," kata ulama yang pernah menimba ilmu di Hadhramaut Yaman ini.

Habib Jindan bercerita, Ulama besar Al-Habib Abdullah bin Syeikh Abu Bakar bin Salim ketika mondok beliau bawa kasurnya sendiri. Hingga 4 tahun belajar kasurnya tidak sempat dibuka karena sibuk belajar dan ibadah. Kemudian, Al-Habib Abdullah Al-Haddad tidak pernah masuk ke kamar yang bukan kamarnya ketika belajar. Ketika banyak surat tidak dibuka, beliau takut menelantarkan tugasnya menuntut ilmu.

Apabila sedang berpuasa sebaiknya jangan banyak tidur agar lapar dan hausnya berasa. Orang kalau berasa lapar dan haus, nafsunya akan dijinakkan. Itulah hakikat berpuasa.

"Jangan puasa lalu menservis nafsu nanti buka pakai apa ya. Ini baru berbuka besok sudah mikirin buka pakai apa lagi ya. Harusnya kita mengedepankan kesederhanaan di bulan Ramadhan," kata Habib Jindan.

Bulan Ramadhan tidak mesti dengan menu bukaan yang enak, tidak harus ada es buah, gorengan atau menu yang mengundang cita rasa lainnya. Hendaknya kita berpikir bagaimana Ramadhan ini diisi dengan tadarus Al-Qur'an, salat malam, zikir dan sedekah.

Habib Jindan berpesan agar kaum muslimin hati-hati dengan tipu daya setan dan nafsu yang dapat menghilangkan keberkahan Ramadhan. Mudah-mudahan kita diberi taufik dan hidayah agar bisa mengisi Ramadhan dengan amal saleh.

Wallahu A'lam Bish Showab
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1751 seconds (0.1#10.140)