Harga BBM Dipastikan Tidak Mengalami Penurunan Bulan Ini

Senin, 04 Mei 2020 - 15:32 WIB
loading...
Harga BBM Dipastikan Tidak Mengalami Penurunan Bulan Ini
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dipastikan tidak mengalami penurunan bulan ini meski harga minyak mentah turun. Foto: Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Meski harga minyak mentah dunia mengalami penurunan, namun pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan ini walaupun berpeluang turun rata-rata Rp2.000 per liter.

Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih mencermati pergerakan harga minyak dunia hingga Juni mendatang, untuk menentukan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

"Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan untuk jenis BBM nonsubsidi, jenis BBM tertentu atau subsidi dan jenis BBM khusus penugasan Premium. Kita juga terus memonitor perkembangan harga minyak dan kestabilan kurs,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat rapat dengan pendapat dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Senin (4/5/2020).

Menurut dia harga minyak mentah global berpotensi naik karena telah terjadi kesepakatan pada awal bulan April antara negara-negara OPEC dengan non-OPEC di forum G20 untuk memotong produksi minyak dunia sebesar 9,7 juta barel per hari pada bulan Mei dan Juni 2020 ini.

Tidak berhenti di situ, kesepakatan pemangkasan produksi juga akan berlanjut pada Juli-Desember sebesar 7,2 juta barel per hari. Bahkan juga telah disepakati pemotongan produksi dari Januari 2021- April 2022 sebesar 6 juta barel per hari. Dengan upaya itu pihaknya memproyeksikan harga minyak mentah berada di level USD40 per barel di akhir tahun.

"Jadi kita masih menunggu perkembangan harga minyak dari bulan Mei sampai Juni ini. Kami terus memonitor hasil kesepakatan pemotongan produksi 9,7 juta barel per hari," kata dia.

Di samping itu, tidak turunnya harga BBM juga dipengaruhi oleh turunnya konsumsi BBM secara nasional. Rinciannya penurunan bensin mencapai 29% dan solar 18%.

"Turunnya konsumsi menyebabkan biaya operasi semakin besar. Belum lagi melemahnya kurs rupiah terhadap dolar telah memberikan pukulan telak kepada badan usaha," kata dia.
(agn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0759 seconds (0.1#10.140)