Jelang Pilkada, Sosiologi Unismuh Gelar Diskusi Buku Sosiologi Konflik

Kamis, 17 September 2020 - 22:02 WIB
loading...
Jelang Pilkada, Sosiologi Unismuh Gelar Diskusi Buku Sosiologi Konflik
Diskusi buku yang digelar Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar via Google Meet, Kamis (17/9/2020. Foto: SINDOnews/Agus Nyomba)
A A A
MAKASSAR - Jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 , program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar menggelar diskusi buku berjudul Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Penulis buku, Novri Susan, dosen Universitas Airlanggajadi narasumber.

Diskusi yang dipandu Kaharuddin, Sekretaris Prodi Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar ini digelar secara virtual melalui aplikasi Google Meet, Kamis (17/9/2020).



Dalam pengantar sebelum diskusi, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh, Erwin Akib mengapresiasi aktivitas ilmiah yang digagas prodi Pendidikan Sosiologi.

“Sejak tahun lalu prodi Sosiologi telah mendapatkan pengakuan nasional, dengan meraih akreditasi A dari BAN PT. Saat ini sedang digagas pendirian prodi S2 Pendidikan Sosiologi. Hal ini merupakan ikhtiar untuk mengupgrade kapasitas alumni dan masyarakat luas,” tandas alumni S3 Universitas Teknologi Malaysia (UTM) ini.

Sementara itu, mengawali pemaparan bukunya, Novri Susan menyinggung besarnya peranan ilmu sosiologi dalam kehidupan masyarakat.

“Saat ini hampir semua bidang membutuhkan sentuhan sosiologi. Mulai dari bidang ekonomi, hingga politik, semuanya perlu pendekatan sosiologis. Salah satunya pendekatan sosiologi konflik. Maka beruntunglah teman-teman yang kuliah di jurusan sosiologi,” ucap Susan.

“Berbagai relasi antar manusia, antar kelompok, dan antar negara tidak pernah bersih dari muatan kepentingan, penguasaan, permusuhan dan penindasan. Inilah kodrat sosial dalam sejarah masyarakat manusia,” ucap alumni S3 Universitas Doshisha Jepang ini.

Namun demikian, kata Novri, nilai dan norma sosial memiliki sifat yang statis. Bahkan pada tingkat kritis tidak mampu membuka peluang pemecahan masalah pada saat relasi sosial memanas oleh kepentingan dan perilaku bermusuhan.

“Kondisi inilah yang menciptakan krisis relasi sosial yang mana setiap subjek jatuh pada berbagai pilihan untuk menjatuhkan dan meniadakan subjek yang lain,” sambung alumni S2 Studi Konflik dan Perdamaian Universitas PBB tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6096 seconds (0.1#10.140)