Disebut Pengacau oleh Raja Salman, Iran: Arab Saudi Putar Balikkan Fakta

Jum'at, 25 September 2020 - 02:03 WIB
loading...
Disebut Pengacau oleh Raja Salman, Iran: Arab Saudi Putar Balikkan Fakta
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Kerajaan Arab Saudi. Foto/Al Arabiya
A A A
TEHERAN - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi mencela Iran dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB dengan menyebut negara para Mullah itu pembuat kekacauan. Teheran mengecam pidato tersebut dan mengatakan Riyadh telah memutarbalikkan fakta.

Selama pidato dalam sebuah video untuk PBB pada hari Rabu, Raja Salman meminta 193 anggota Majelis Umum PBB untuk menemukan solusi komprehensif bagi musuh bebuyutan Riyadh dan untuk menghentikannya mendapatkan senjata pemusnah massal.

Raja berusia 84 tahun itu menuduh Teheran telah mengeksploitasi kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia untuk mengintensifkan kegiatan ekspansionisnya. "Menciptakan jaringan terorisnya dan menggunakan terorisme yang tidak menghasilkan apa-apa selain kekacauan, ekstremisme, dan sektarianisme," kata Raja Salman. (Baca: Raja Salman: Hizbullah Telah Menghancurkan Lebanon, Harus Dilucuti )

"Pengalaman kami dengan rezim Iran telah mengajarkan kami bahwa solusi parsial dan peredaan tidak menghentikan ancamannya terhadap perdamaian dan keamanan internasional," katanya.

Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran; Saeed Khatibzadeh, menuduh Arab Saudi telah memutarbalikkan fakta dan melimpahkan kesalahan atas kejahatannya sendiri. "(Arab Saudi) pendukung keuangan dan logistik utama terorisme di wilayah ini," katanya merujuk pada kawasan Timur Tengah.

Arab Saudi yang mayoritas Muslim Sunni dan Iran yang didominasi Muslim Syiah telah bertahun-tahun terkunci dalam beberapa perang proksi di kawasan itu, termasuk di Yaman di mana koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi gerakan Houthi yang berpihak pada Teheran. (Baca: Para Pembangkang Arab Saudi Dirikan Partai Oposisi Melawan Raja Salman )

“Kekalahan politik dan (konflik) darat yang konstan di Yaman, telah membuat Arab Saudi beralih ke pembicaraan yang mengigau dan mereka ingin melepaskan diri dari tanggung jawab kejahatan perang mereka terhadap perempuan dan anak-anak Yaman dengan menuding negara lain,” kata Khatibzadeh, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (25/9/2020).

Dia mengatakan dukungan Arab Saudi terhadap kampanye sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap Iran, upaya untuk memperluas hubungan dengan Israel dan uang tebusan miliaran dolar dari kantong rakyatnya sendiri tidak membuahkan hasil, mengubahnya menjadi negara lemah di antara negara-negara Arab.

Dalam pidatonya, Raja Salman menahan diri dari mengkritik kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Israel serta antara Bahrain dan Israel. Normalisasi hubunagan itu ditengahi oleh AS. (Baca juga: Arab Saudi Menyumbang Rp149,2 Miliar untuk Perangi Terorisme Nuklir )

Utusan Iran untuk PBB, Majid Takht-Ravanchi, juga mengecam tuduhan Raja Salman sebagai tuduhan yang tidak berdasar. "Arab Saudi sebagai sumber ketidakstabilan di wilayah tersebut," katanya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1085 seconds (0.1#10.140)