Mengandalkan Sektor Konsumsi

Rabu, 06 Mei 2020 - 06:04 WIB
loading...
Mengandalkan Sektor Konsumsi
SESUAI prediksi sejumlah pihak, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 memang kurang menggembirakan di tengah pandemi Covid-19. Foto/SINDOnews
A A A
SESUAI prediksi sejumlah pihak, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 memang kurang menggembirakan di tengah pandemi Covid-19. Angka pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97% year on year (yoy) yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) semakin menunjukkan bahwa perekonomian kita sedang tidak baik-baik saja. Jika dibandingkan pertumbuhan quarter to quarter (qtq), pertumbuhan ekonomi bahkan minus 2,41%.

Sejumlah sektor yang biasa menopang pertumbuhan pada periode Januari-Maret 2020 mengalami tekanan luar biasa. Satu di antaranya konsumsi rumah tangga yang pada periode yang sama tahun lalu tumbuh di atas 5%, kini terpangkas setengahnya menjadi hanya 2,84%.

Tahun ini tantangan ekonomi Indonesia diperkirakan bakal kian berat. Selain konsumsi, sektor lainnya termasuk manufaktur juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati setelah melihat indeks manufaktur atau Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia yang pada April 2020 tercatat hanya 27 poin, jauh menurun dibanding bulan sebelumnya 43,5 poin.

Jika dilihat tren PMI sepanjang beberapa tahun terakhir, indeks pada April 2020 merupakan yang terendah sejak 2011. Kondisi ini tentu menjadi alarm bagi industri, sektor yang digadang-gadang menjadi andalan untuk menyerap tenaga kerja.

Jika dilihat pengertiannya, PMI atau indeks belanja manajer adalah indikator ekonomi yang dibuat berdasarkan hasil survei sejumlah purchasing manager di berbagai sektor bisnis. Angka PMI yang tinggi menunjukkan optimisme pada pelaku sektor usaha. Sebaliknya, jika angkanya kecil, berarti kalangan pelaku usaha sedang merasa pesimistis.

Indeks ini biasanya menjadi acuan para pengambil kebijakan di kalangan industri untuk melakukan ekspansi atau justru mengeremnya. Untuk lebih jelasnya, biasanya indeks di atas 50 menandakan sektor industri sedang tumbuh atau ekspansi. Adapun angka di bawah 50 menandakan sektor industri sedang mengalami kontraksi atau penurunan.

Lalu, bagaimana dengan kondisi indeks PMI di Indonesia yang saat berada di angka 27? Ini jelas bukan kondisi yang menggembirakan karena menandakan iklim industri yang sedang dilanda perlambatan. Penyebabnya tak lain adalah pandemi virus korona (Covid-19) yang kini sudah menyebar di 34 provinsi di Tanah Air dengan ratusan korban jiwa dan belasan ribu orang positif terinfeksi. Teranyar, pada Selasa (5/5) virus korona telah menyebabkan ....kematian dan .....terinfeksi. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah orang yang masuk dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan (PDP).

Akibat pandemi Covid-19 pula, berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, tercatat saat ini sekitar 2 juta orang telah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Jumlah tersebut menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bahkan lebih besar lagi, yakni mencapai 15 juta orang.

Sri Mulyani pantas khawatir karena dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, penurunan indeks manufaktur Indonesia termasuk yang paling dalam. Ini cukup menggambarkan bahwa kondisi industri kita tidak sedang baik-baik saja.

Pengumuman anjloknya indeks manufaktur April 2020 hanya berselang sepekan setelah Kementerian Perindustrian melaporkan bahwa nilai investasi di sektor industri pada kuartal I/2020 mengalami kenaikan signifikan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0657 seconds (0.1#10.140)