Program Prioritas Hilirisasi Perikanan Berhasil Tingkatkan Ekspor Udang Sulsel

Rabu, 14 Oktober 2020 - 20:42 WIB
loading...
Program Prioritas Hilirisasi Perikanan Berhasil Tingkatkan Ekspor Udang Sulsel
Sekda Provinsi Sulsel, Abdul Hayat Gani saat berbicara pada rapat koordinasi strategi revitalisasi kawasan pertambakan udang di Hotel Rinra, Rabu (14/10/2020). Foto: Humas pemprov Sulsel
A A A
MAKASSAR - Program prioritas hilirisasi perikanan pemerintah Provinsi Sulsel berhasil melambungkan nilai produksi udang dan hasil laut. Hal ini disampaikan Sekda Provinsi Sulsel, Abdul Hayat Gani dalam rapat koordinasi strategi revitalisasi kawasan pertambakan udang di Hotel Rinra, Rabu (14/10/2020).

Abdul Hayat memaparkan, di tahun 2019, volume ekspor udang mengalami peningkatan hingga 2 ribu ton lebih. Dari yang sebelumnya 4,4 ribu ton di tahun 2018 menjadi 7,09 ribu ton di tahun 2019. Peningkatan volume ekspor ini diikuti dengan peningkatan nilai ekspor dari sebelumnya berada di angka USD 42,82 juta menjadi USD 63.969 juta di tahun 2019.

"Peningkatan volume dan nilai ekspor perikanan Sulsel merupakan salah satu program dari pemprov Sulsel dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, terutama masyarakat pesisir dan pembudidayaan ikan melalui program prioritas hilirisasi perikanan," jelas Abdul Hayat.



Ia menyampaikan, sebagai sentra produksi perikanan di Indonesia, Sulsel memiliki potensi budi daya tambak seluas 120.000 hektare. Di samping itu, Sulsel juga memiliki potensi budi daya laut sebesar 193.700 hektare, budi daya ikan tawar 100.800 hektare dan potensi budi daya yang terdapat di perairan umum sebesar 200.800 hektare.

"Ke depan diharapkan peran Sulsel dalam pembangunan nasional untuk sektor kelautan dan perikanan akan semakin besar karena merupakan poros maritim di kawasan Indonesia timur dan ditunjang oleh industri kemaritiman yang ada. Seperti cold storage, galangan kapal dan beberapa pelabuhan yang ada di Sulsel," terangnya.



Meski demikin, Hayat mengatakan, masih ada kendala khususnya pada budi daya udang windu yang bermutu, disebabkan adanya kelangkaan induk udang yang bermutu, prasarana saluran irigasi, termasuk perubahan iklim yang tidak menentu dan berpengaruh pada penentuan musim panas yang tidak tepat.

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam kesempatan ini, Hayat menyebutkan program kegiatan diseminasi inovasi teknologi budi daya udang windu berbasis kawasan (sitto bangkit) yang telah dilakukan di sepuluh kabupaten dan kota.

"Kami berharap untuk tahun 2021 dapat dilakukan percontohan pada 13 Kabupaten Kota sehingga kegiatan budi daya udang yang telah lama dilakukan masyarakat pesisir dapat bergairah kembali," harapnya.
(luq)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3089 seconds (0.1#10.140)