Pengacara Mendiang Maradona Tuding Ada Kebodohan Kriminal

Kamis, 26 November 2020 - 21:54 WIB
loading...
Pengacara Mendiang Maradona Tuding Ada Kebodohan Kriminal
Asap yang menutupi mural mendiang Diego Maradona./foto/reuters
A A A

ROMA – Kabar mengejutkan disampaikan Matias Morla yang menjadi pengacara mendiang Diego Armando Maradona di tahun-tahun terakhir hidupnya. Dalam siaran pers yang diunggah di media sosial, Morla melontarkan kritik keras kepada petugas kesehatan karena lambat dan minimnya perawatan medis yang diterima Maradona di jam-jam terakhir hidupnya.

Pengacara tidak saja menyalahkan keterlambatan ambulan tetapi juga pada kurangnya kontrol para dokter yang harus menjaga Pibe de Oro -julukan Maradona-. Bahkan, menurut penyidik yang sedang melakukan penyelidikan atas kematian Maradona, orang terakhir yang melihatnya hidup adalah keponakannya 12 jam sebelumnya, dan tidak ada tim medis di sana karena datang terlambat.

“Tidak dapat dijelaskan bahwa selama 12 jam teman saya tidak mendapat perhatian atau pemeriksaan petugas kesehatan yang didedikasikan untuk tujuan tersebut. Ambulan membutuhkan waktu lebih dari setengah jam tiba, itu adalah kebodohan kriminal. Fakta ini tidak boleh diabaikan dan saya akan meminta agar konsekuensinya diselidiki sampai akhir,” tulis Morla seperti dikutip media Italiacorrieredellosport.

Pernyataan hampir sama disampaikan Alfredo Cahe, dokter keluarga Maradona. Dia mengkritik keras tindakan yang diambil terkait kesehatan legendaris Argentina itu. "Dia tidak dirawat dengan baik. Diego tidak harus tinggal di klinik itu, tetapi di area yang sangat spesial, dengan infrastruktur yang berbeda dengan yang ada di rumah tempat dia meninggal, mirip dengan yang dia miliki,” katanya kepada Telefe yang dikutip corrieredellosport.

Menurut dia, harusnya selalu ada dokter di kamarnya, tapi ternyata itu tidak terjadi. Dia mengaku punya banyak keraguan tentang cara Maradona diperlakukan sehingga menurut dia kematian pemilik gol "tangan Tuhan" itu "terjadi dengan cara yang tidak biasa". Pria yang selama 33 tahun bertanggung jawab atas kesehatan Maradona itu juga mempertanyakan cara tim medis melakukan operasi hematoma subdural.

Operasi di Klinik Olivos pada 4 November lalu, menurut dia, didasarkan pada pemeriksaan yang tidakbenar sehingga mantan pemain Barcelona dan Napoli itu tidak menerima perawatan seharusnya. "Saya tidak tahu mengapa sangat mendesak dilakukan operasi, saya memiliki banyak keraguan,” tandasnya. (Baca Juga: Kematian Maradona, Kematian Tuhan La Iglesia Maradoniana)

Selain itu, dia menyampaikan jika Maradona memang hidup dalam keadaan depresi parah selama beberapa hari terakhir. "Diego sangat sedih. Psikolognya menelepon saya memberi tahu bahwa semangat mantan pesepak bola itu rendah. Seorang wanita yang dekat dengannya mengatakan kepada saya dia merasa sangat tertekan, tertekan, dan bahwa dia mengklaim bahwa 'dia tidak punya pekerjaan lain dalam hidup,” tambahnya.

Maradona meninggal dunia akibat henti jantung di rumahnya, Rabu (25/11/2020) malam WIB. Mantan pemain Barcelona dan Napoli ini meninggal di usia 60 tahun. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Maradona, pemerintah Argentina menetapkan tiga hari berkabung nasional.
(ruf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.5096 seconds (0.1#10.140)