Presiden Iran Sebut Pemerintahan AS Era Trump Terburuk dan Terjahat

Kamis, 14 Mei 2020 - 03:56 WIB
loading...
Presiden Iran Sebut Pemerintahan AS Era Trump Terburuk dan Terjahat
Presiden Iran Hasan Rouhani menyebut pemerintahan AS di era Trump merupakan yanag terburuk dan paling jahat dalam sejarah negara adidaya tersebut. Foto/Ilustrasi/Istimewa
A A A
TEHERAN - Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyebut pemerintahan Donald Trump merupakan yang terburuk dan terjahat dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Di bawah kepemimpinan Trump selaku Presiden AS, hubungan Washington dan Teheran diketahui semakin memanas. Rouhani juga menyebut AS sebagai negara teroris.

“Pemerintah terburuk dan paling jahat yang dimiliki Amerika Serikat sedang bekerja. Pemerintah apa yang Anda tahu yang membunuh komandan militer kita selama misi?" tanya Rouhani, merujuk pada pembunuhan Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani, dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad, Irak, Januari lalu seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (13/5/2020).



Rouhani menegaskan lagi AS selalu menjadi negara teroris dan selalu bertindak terhadap negara-negara merdeka. Namun, dahsyatnya kejahatan pemerintah saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, terutama di tengah-tengah krisis global virus Corona.

“Saya tidak dapat mengingat di Amerika sebuah Gedung Putih yang begitu tidak manusiawi, berhati batu, begitu kejam, sangat tidak kompeten, begitu tidak familiar. Ketika Anda melihat Menteri Luar Negeri, seolah-olah ia belum bisa membaca ABC politik," ujar Rouhani, merujuk pada Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan serangkaian pidato serentaknya terhadap Teheran.

Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Iran menggunakan sumber dayanya untuk memicu teror di seluruh dunia alih-alih menggunakannya untuk menangani krisis kesehatan virus Corona.

Rouhani membuat pernyataan saat berpidato di kabinet. Rouhani mengatakan bahwa meskipun setiap negara saat ini mengalami "ujian" yang begitu keras akibat virus Corona, ini terutama berlaku untuk Iran dan rakyatnya, karena tidak ada negara lain yang berada di bawah jenis "pengepungan" yang sama yang dihadapi Iran selama dua tahun terakhir dari sanksi berat AS.

Iran adalah salah satu negara pertama di luar China yang menghadapi wabah besar COVID-19, dan telah berulang kali mengecam Washington atas sanksi yang mencegah impor pasokan medis dan sumber daya penting lainnya.

Baca Juga: Rouhani Klaim AS Takut Perang dengan Iran, Ini Alasannya

Pemerintahan Trump juga menggunakan kekuatannya di Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memblokir pinjaman darurat USD5 miliar ke negara itu. Dalam beberapa bulan sejak itu, negara ini telah berhasil mengurangi infeksi, melonggarkan tindakan penguncian, dan meningkatkan produksi peralatan medis buatan dalam negeri, termasuk peralatan ICU dan CCU, masker dan alat uji.

Hubungan antara Iran dan AS merosot ke posisi terendah baru yang tak terlihat sejak Revolusi Islam 1979 dalam dua tahun terakhir. Washington secara sepihak menarik diri keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, dan ketegangan membara akibat serangkaian serangan terhadap kapal tanker, serangan pesawat tak berawak yang berujung pada tewasnya seorang jenderal Irak dan serangan rudal.
(tri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2286 seconds (0.1#10.140)