BKKBN Gandeng Ulama untuk Wujudkan Keluarga Berkualitas

Kamis, 18 Maret 2021 - 16:27 WIB
loading...
BKKBN Gandeng Ulama untuk Wujudkan Keluarga Berkualitas
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan peran ulama dan tokoh agama sangat sentral dalam mewujudkan keluarga yang harmonis dan sehat. Hal itu dikatakan dia untuk merespons tingginya angka perceraian di Indonesia.

"Penting sekali peran tokoh agama, tokoh masyarakat, MUI dalam upaya bagaimana keharmonisan dalam keluarga, untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan maslahah, ini data perceraian yang cukup meningkat dan memprihatinkan," kata Hasto saat membuka acara Gerakan Nasional Pendewasaan Usia Perkawinan secara virtual, Kamis (18/3/2021).

Berdasarkan data yang dimiliki BKKBN , Hasto mengatakan bahwa usia perkawinan pada remaja relatif maju setiap tahunnya. Dari data itu dapat dilihat pula praktik seks pranikah kerap terjadi. Karena itulah, BKKBN menaruh perhatian sangat besar pada perkara ini, khususnya pada aspek kesehatan reproduksi. "Paradoksal seperti ini perlu mendapatkan sikap yang baik dari para ulama, tokoh agama, dalam memberikan pendidikan karakter di tengah keluarga," ucapnya.



Menurut Hasto, proporsi remaja di Indonesia saat ini begitu dominan. Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan pernikahan dini, seks pranikah, hingga kesehatan reproduksi, yang kesemuanya berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM). "BKKBN harus menggandeng ulama untuk mengatasi dan memberi pendidikan pada remaja," katanya.

Hasto juga menyoroti fenomena toxic people, toxic friendship, hingga toxic relationship. Hal ini memengaruhi keharmonisan di dalam keluarga. Peran pendidikan agama amat sentral untuk mengikis dan mengurangi perilaku negatif ini.



Hasto juga menjelaskan bahwa pasangan yang terlalu muda menikah dan kemudian melahirkan dinilai cukup berbahaya bagi keberlangsungan keluarga serta anak yang dilahirkannya.

"Kalau kita lihat pasangan usia yang telalu muda dia secara fisik emosional dan mental belum mendukung, kemudian kadang-kadang hanya didasari oleh cinta yang buta dan ini cukup berbahaya bagi keluarga dan anak, terlebih pada kualitas anak yang sangat dipengaruhi kualitas ibunya," pungkasnya.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3611 seconds (0.1#10.140)