Mengenal Wayang Potehi Kesenian Asal Cina Ternyata Ada di Gowa

Rabu, 02 Februari 2022 - 14:48 WIB
loading...
Mengenal Wayang Potehi Kesenian Asal Cina Ternyata Ada di Gowa
David Arianto atau Ko David yang hingga kini masih melestarikan kesenian Wayang Potehi tradisional asal China yang bertempat di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Foto: Sindonews/Ansar Jumasang
A A A
GOWA - Berdirinya Bangsa Indonesia memang tak lepas dari sejarah panjang, mulai dari peradaban manusia dan budaya , apalagi jika berbicara tentang Bangsa Tionghoa yang banyak meninggalkan sejarah.

Salah satunya yakni wayang potehi atau wayang boneka yang terbuat dari kain perca. Kesenian tradisional asal China ini, diyakini sudah ada sejak tahun 265 hingga 420 masehi, dan mulai dikenal di Indonesoa pada abad ke 16.

David Arianto, atau kerap disapa Ko David adalah satu satunya warga keturunan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, yang hingga kini masih melestarikan kesenian Wayang Potehi tradisional asal China.



Dalam pelestariannya, Ko David sendiri juga mempunyai beberapa koleksi Wayang Patohi dan juga bertindak selaku Dalang disetiap pementasanya.

Ko David bilang, Kesenian Wayang Potehi merupakan kesenian khas Tionghoa yang menceritakan legenda para dinasti dari tanah Tiongkok, dan kesenian Wayang Potehi saat dimainkan tak lepas dari iringan musik tradisional yang juga berasal dari China.

''Biasanya kesenian Wayang Potehi dimainkan oleh beberapa orang, termasuk sang Dalang sendiri,'' ucap Ko David.

Jika melirik, kata Potehi berasal dari penggalan kata Po yang berarti kain, Te adalah kantong, sedangkan Hi sendiri adalah wayang. Jadi jika digabungkan Potehi memiliki arti wayang boneka yang terbuat dari kain.

''Dari sejarahnya sendri Wayang Potehi awalnya dimainkan oleh lima orang tahanan yang sudah divonis hukuman mati oleh sang Kaisar. Namun, satu dari lima orang tahanan tersebut berinisiatif uhntuk menghibur ke empat rekannya yang terus bersedih memikirkan nasibnya dikeesokan hari untuk menjalani hukuman mati,'' jesalnya.

Sehingga kata dia, kelimanya kompak dengan memanfaatkan percak kain, panci serta piring dan benda benda lainnya yang ada di dalam ruang tahanan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2228 seconds (0.1#10.140)