Sri Mulyani Sebut Ekspor Bayangi Tren Positif Pertumbuhan Tahun Depan

Jum'at, 02 Desember 2022 - 14:30 WIB
loading...
Sri Mulyani Sebut Ekspor Bayangi Tren Positif Pertumbuhan Tahun Depan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO/ANTARA Photo
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan salah satu risiko utama yang membayangi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah dari sisi ekspor. Ekspor Indonesia tumbuh sangat tinggi tahun ini karena dua hal.

"Pertama adalah volume, karena China, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang masih cukup tinggi, dan sekarang India sebagai pusat pertumbuhan yang luar biasa, terutama untuk crude palm oil (CPO) kita. Nah ini menyebabkan kita bisa memiliki daya tumbuh yang berasal dari eksternal. Kalau dunia temaram, seperti tadi yang disebutkan, pasti permintaan ekspornya menurun, komoditas juga tidak akan setinggi itu," ungkap Sri dalam Kompas100 CEO Forum 2022 bertajuk "Membuat Terang di Tahun Menantang: 7 Langkah Menavigasikan Pemulihan 2023" secara virtual di Jakarta, Jumat (2/12/2022).



Isu ekspor ini, sebut Sri, menjadi faktor ketiga di dalam outlook pertumbuhan Indonesia tahun depan selain daya beli dan investasi. Bagaimana kebijakan fiskal merespons terhadap di satu sisi, ada harapan, dan di sisi lain ada risiko yang harus dikelola. Defisit APBN 2023 sendiri telah ditetapkan di 2,84%.

"Ini sesuai dengan janji kita bahwa ekspansi fiskal yang extraordinary karena pandemi akan berakhir di tahun ini, dan kita kembali kepada disiplin fiskal. Teman-teman mungkin nanya, 'Bu, kenapa sih perlu disiplin?'. Pada saat market sekarang sangat turbulent, exchange rate tinggi, interest rate tinggi, kalau Anda tidak punya anchor atau jangkar disiplin fiskal, ya yang terjadi adalah confidence akan runtuh," tambah Sri.

Hal ini bisa saja terjadi, dengan contoh nyata apa yang terjadi di Inggris. "Salah posisi fiskal, bahkan ekonomi sekuat Inggris juga gelempang. Jadi ini adalah salah satu jangkar untuk menjaga confidence dan stabilitas. Pada saat risiko meningkat, harga dari cost of fund meningkat, fiskal kita harus dijaga tetap sehat namun tetap suportif. 2,84% itu lebih dari Rp530 triliun defisit. Itu cukup untuk memberikan stimulasi. Total spending kita di atas Rp3.000 triliun, atau sebesar Rp3.018 triliun, itu lebih tinggi dari tahun ini dan selama periode Covid-19," tegas Sri.



Dia menekankan bahwa sisi fiskal akan tetap suportif, tetapi tetap prudent karena menjadi jangkar dari stabilitas. "Inilah yang kemudian akan menjaga momentum pemulihan ekonomi tahun 2023," pungkas Sri.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1233 seconds (0.1#10.140)