Viacom-CBS Gaungkan Slogan 'Saya Tak Bisa Bernafas' Kecam pembunuhan Floyd

Kamis, 04 Juni 2020 - 09:10 WIB
loading...
Viacom-CBS Gaungkan Slogan Saya Tak Bisa Bernafas Kecam pembunuhan Floyd
Perusahaan yang menggawangi CBS News, MTV, dan Comedy Central itu mengampanyekan slogan saya tak bisa bernafas untuk menirukan insiden yang menimpa Floyd pekan lalu. Foto : Istimewa
A A A
WASHINGTON - Berbagai perusahaan besar seperti Apple Music dan Spotify dan selebritas ternama menggaungkan suara mengecam aksi rasisme dan menyerukan ditegakannya keadilan untuk George Floyd.

Mereka menunjukkan aksi solidaritas dengan caranya masing-masing dalam mengecam pembunuhan Floyd. Viacom-CBS Inc bahkan menyatakan pihaknya akan “mengheningkan cipta” untuk Floyd. Dengan menggunakan #Black Out Tuesday, Viacom-CBS berencana mengubah fokus dari membangun bisnis menjadi membangun komunitas.

Perusahaan yang menggawangi CBS News, MTV, dan Comedy Central itu mengampanyekan slogan “saya tak bisa bernafas” untuk menirukan insiden yang menimpa Floyd pekan lalu.

Baca : Eks Presiden AS Serukan Keadilan untuk Kematian George Floyd

Perusahaan streaming musik Spotify Technology menampilkan trek hening selama 8 menit 46 detik pada podcast dan play list. Apple Music juga melakukan refleksi dan rencana aksi mendukung seniman, pencipta, dan komunitas warga kulit hitam. Puluhan seniman juga mengecam kematian Floyd dan rasisme.

Sementara itu selebritas seperti Rihanna, Katy Perry, Britney Spears, dan Kylie Jenner mengunggah foto hitam polos di media sosial sebagai simbol protes. Bintang NBA, termasuk Le Bron James dan Steph Curry, juga mengunggah foto serupa. Begitu pun dengan halaman resmi NBA yang menyertakan tagar #NBA To gether.

Sebelumnya, mantan Presiden AS GeorgeW Bush mengaku sangat sedih dengan kematian tidak wajar Floyd. Dia juga merasa geram dengan takaran keadilan yang kembali timpang di AS. Namun, Bush juga mendesak masyarakat agar menahan diri dan tidak melakukan tindakan anarkisme di sepanjang jalan raya.

Seperti dilansir Reuters, unjuk rasa tidak hanya terjadi di Washington, tapi juga meluas keberbagai negara bagian lainnya. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan kulit hitam, tapi juga kulit putih. “Saya terkejut dengan perlakuan terhadap warga Afrika-Amerika yang dilecehkan dan diancam,” kata Bush.

Dia menambahkan, sistem rasisme di AS perlu segera dihapus karena AS merupakan negara multibudaya dan etnis. Dia juga mendesak agar pemerintah dan lembaga terkait lebih membuka diri dalam mengatasi berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap warga kulit hitam yang sering abai. “Saya juga meminta masyarakat agar tidak melakukan perusakan dan penjarahan selama berunjuk rasa karena hal itu merugikan kita semua. Kita harus melakukannya secara damai,” imbau Bush. “AS memang perlu berupaya agar dapat konsisten, berani, dan kreatif dalam mencapai keadilan yang merata.”

Sebagai respons terhadap kerusuhan, Presiden AS Donald Trump mengerahkan ribuan tentara bersenjata lengkap dari Garda Nasional untuk mengendalikan situasi di berbagai wilayah, terutama Washington. (Baca : 1.600 Tentara AS Dipindahkan ke Washington, Statusnya Siaga Tinggi)

Demo itu berlangsung selama delapan hari dan sempat diwarnai berbagai kerusuhan dan penjarahan toko. Tentara Garda Nasional telah berbaris di dekat Gedung Putih pekan ini. Sebelumnya, Trump mengancamakan menggunakan ke kuatan militer untuk membubarkan masa jika diperlukan. Meski ditakut-takuti, jumlah massa tidak berkurang, justru bertambah dan meluas hingga diperkirakan mencapai 10.000 orang. “Kerusuhan adalah salah satu bentuk terorisme domestik,” kata Trump.

Trump mengaku marah dengan kematian Floyd. Namun, dia juga tidak membenarkan aksi anarkisme. Para pengunjuk rasa dituduh telah berupaya merusak Lincoln Monument dan gereja bersejarah. Trump kemudian meminta agar pengunjuk rasa mampu berdemo secara damai dan tidak menyebarkan teror.
(sri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1551 seconds (0.1#10.140)